Bersamaan dengan waktu, segenap keriangan tak
begitu saja menguap dalam ruang tawa lalu sirna. Semua cerita itu mewujud
kenangan yang tertata rapi dalam ruang ingat. Tentang pertemuan dengan sahabat
baru, dengan sahabat yang jarang bertemu ataupun dengan sahabat yang sebelumnya
hanya akrab dalam ruang maya. Setiap pertemuan memiliki chapter
tersendiri yang menarik untuk diabadikan.
Forum evaluasi 10 tahun PBSB di Parung, Bogor
tanggal 19-21 Desember 2014. Banyak hal yang dikaji sekalinyapun run down
acara yang kurang tertata. Tapi kebersamaan dan pertemuan dengan keluarga besar
CSS MoRA menjadi kebahagiaan tiada tara. Ada banyak niatan dan rencana yang
berusaha disusun rapi untuk rencana masa depan. Mulai dari evaluasi PBSB untuk
perbaikan pelaksanaannya ke depan, presentasi visi misi dan uji panelis calon
ketua CSS MoRA Nasional, persiapa diklat jurnalistik SANTRI dan fiksasi
penerbitan majalah SANTRI, tata laksana pemilu raya ketua CSS MoRA Nasional dan
lain sebagainya.
Yang jauh lebih menarik dari sekedar perjalanan adalah berkumpul dengan banyak kawan yang dalam hari-hari biasa akan sulit dipertemukan dan berkumpul. Pasca kegiatan utama di Bogor, beranjak menuju Ciputat-pun menjadi kegiatan yang menyenangkan. Berjalan menyusuri keindahan Situ Gintung, makan malam di Saung Bambu Ina, Cafe dan Resto sambal lumpur. Berkumpullah banyak mahasantri dari beberapa PTN. Keceriaan itu, menjadi ingatan manis tersendiri yang sudah sengaja aku tata rapi dalam ruang ingatku, berharap kelak akan muncul kembali kesempatan yang serupa untuk kembali berkumpul.
Terimakasih untuk Mbak Ilmi yang sudah mengizinkan aku turut menginap di Aspri PMII Ciputat, untuk Ivan yang sudah mau mengantarkanku mencari Bus, untuk Malika, Purwanti, Ani, Itsbat, Sodik, Iqbal, Anam, Idris, mas Alan, dan lainnya atas kebersamaan yang menyenangkan J
Membayar
janji, sungguh lumayan berat menunaikannya. Hal itulah yang kemudian menjadi
agenda petualangan selanjutnya. Perjalanan bus selama 14 jam Jakarta-Semarang,
yang sebelumnya masih harus transit dulu di Pekalongan karena kehabisan tiket
Bus, menjadi tantangan tersendiri. Selama perjalananpun meski dipenuhi oleh
beberapa kali tipu daya dari manusia-manusia buas tak kenal moral, tak apa. Karena
sejatinya banyak sisi kehidupan yang mengajarkan manusia lebih memihak pada
sisi gelapnya meski dengan berbagai alasan apapun.
Petualangan menuju Semarang, membayar janji sekaligus menjadi perjalanan yang menyenangkan. Berjumpa dengan kawan lama dan bertemu dengan sahabat/i dari PMII UIN WS. Banyak kisah dibagi, banyak perjamuan yang kunikmati, dimanja bak ratu. Persahabatan itu memang ajaib, lebih ajaib dari sekedar menemukan oase di padang sahara. Padahal sebelumnya tak pernah bertemu, padahal tak ada jaminan bisa dipercaya, padahal baru kenal, tapi ketika sudah diikat dengan yang namanya persahabatan, berada diujung dunia manapun tetap sahabat yang tak perlu disangsikan lagi berbagai prasangka itu. Itulah kekuatan persahabatan, itulah nilai dedikasi dan loyalitas tertinggi yang tak perlu pamrih dipersembahkan bagi sahabat dalam persahabatan.
Berjalan-jalan menikmati keindahan alam kota
Semarang, menjelajahi Goa Kreo dan Lawang Sewu begitu mengesankan. Ya, selayaknya liburan yang memang tujuannya
untuk menyenangkan diri. Namun, kesenangan ini berbeda. Kesenangan ini berbalut
kebanggaan tersendiri mengakui dan terus hidup dalam tubuh warga pergerakan,
dimana tiap persahabatannya tak perlu lagi dipertanyakan. Kita sahabat, kita
saling bisa dipercaya. Inilah yang aku pelajari di petualangan kali ini.
Banyak hal yang begitu mengharukan dan menusuk ruang imajiku selama di Semarang. Tentang kehidupan sosial kampus, tentang budaya organisasinya, tentang persepsi dan perspektif, tentang kesederhanaan yang memuat berbagai jaring-jaring komplikatif subtansi. Hanya butuh lebih arif saja menyikapinya. Dan aku belajar tentang kearifan itu. Hanya butuh lebih berusaha keras lagi, karena memang segala sesuatunya tak bisa di dapat instan. Ya, begitulah hidup dan kehidupan. Ada banyak kesempatan yang berkeliaran, tinggal bagaimana kejelian kita menangkap dan memanfaatkannya. Ada banyak kemungkinan, tinggal bagaimana kita memilah jalan termungkin menuju kepastian, sekalinyapun satu-satunya kepastian di dunia ini adalah ketidak mungkinan. Tapi namanya hidup ada pengaruh si harapan yang sekalinyapun sering mengecewakan, namun kadang betapa girangnya ketika terpenuhi. Inilah caraku untuk membayar janji, tak perlu takut berjanji, namun jangan menghindar untuk memenuhinya, maka rasakan keajaiban kata-kata kita sendiri jika setiap doa dan usaha dari kata yang diucap mewujud dalam tindakan.
Terimakasih banyak bagi Sahabat Rail yang sudah mau direpoti, sudah mau mengantarkan keliling Semarang hingga tragedi kehilangan kunci motor, untuk Sahabati Khoir yang sudah rela kost-nya aku inapi, untuk Adin dan Ayin yang sudah meluangkan waktu untuk menemuiku, bertemu dan bertukar cerita dengan kalian begitu menyenangkan, untuk sahabat/i lainnya yang bertemu dan mau berbagi kisah denganku, menambah nyilunya hati akan keakraban bersama sahabat. Ya, kebersamaan yang meski tak sampai dua hari itu, sungguh menyenangkan, sungguh aku tak bohong J
Aku dan cerita kali ini. Aku wanita dan akan
selamanya wanita, ada banyak batasan yang mesti harus diperhatikan tapi bukan berarti
semua harus dipatuhi. Aku wanita dan akan selamanya melekat berbagai macam
kodrat yang dikenakan padaku, tapi tidak serta merta kodrat yang melekat itu
menjadi halangan ataupun legitimasi bagiku. Aku wanita dan akan selamanya tetap
begitu, tapi tak harus hal tersebut menghalangi untuk berpetualang meski
sendirian, karena sendiri hanya dalam perjalanan, di tempat tujuan ada banyak
orang yang menanti dan bisa aku temui. Aku wanita dan akan selamanya begitu,
dan aku bangga menjadi diriku yang seperti ini sekalinyapun angkuh, egois dan
menyebalkan. (Ls)
Komentar
Posting Komentar