#FarmaDiary
Segala puja-puji
keagungan hanya teruntuk bagi Sang Hyang Mahanya Maha....
Dengan kebesaran-Mu,
Tuhan. Engkau masih mengizinkan hamba tetap menghirup segala anugrah dan rahmat-Mu
lebih dari 21 tahun ini.
Dengan kemurahan-Mu,
hamba masih tetap bertahan menjadi penyandang gelar “mahasiswa” di Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga.
Ya, 3 tahun
aku masih bisa tetap bertahan berkutat dengan segala kebosanan dan ketidak
tertarikan ini. Tapi apa lalu kemudian aku akan menyerah begitu saja? Apa alasan itu pantas dijadikan
tameng saat aku kemudian mengabaikan segala jibunan tugas dan kemudian malas
belajar dan menyibukkan diri dengan kegiatan lain sebagai pelarian?
Tuhan-pun
mungkin marah dengan segala macam bentuk
pengkhianatan dan kesiaan nikmatnya yang
aku abaikan.
Ya,
penyesalan memang selalu datang terlambat. Tapi selalu ada banyak solusi dan
usaha yang bisa digiatkan kembali agar proses hidup tetap berjalan dengan
harmonis dan lebih dahsyat. Haha.
Benar seperti
Ibu Tia tadi, kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dengan sebenar-benarnya
tekad dan kesungguhan usaha. Perkara hasil, itu adalah hak prerogatif Allah. Tak
usah kecewa ketika gagal, kita tinggal mengulanginya lagi dan belajar terus,
berusaha terus. Karena itulah yang namanya hidup, tidak akan pernah usai dengan
berbagai masalah.
Semakin tinggi
sebuah pohon tumbuh, guncangan angin semakin keras menerpa. Begitu pula dengan
manusia, semakin matang usianya, semakin banyak masalah yang dihadapi, semakin kokoh
pribadi dan karakternya.
Mengeluh boleh-boleh
saja, asal tetap berada dalam jalur optimisme dan kesungguhan usaha. Tak usah
meratapi berbagai kemalangan atau posisi ketidak beruntungan. Karena semua yang
tak enak itu akan membentuk karakter dan kematapan pribadi kita masing-masing.
Aku memang
bukan siapa-siapa yang pantas untuk mengucapkan hal yang demikian hebatnya
karena memang pengalaman dan keberhasilanku masih belum pantas untuk
mengizinkan aku berteriak sok gagah dan
hebat. Ya, sekalinyapun dawuhnya Sayidina Ali “Lihat apa yang dikatakan jangan
lihat siapa yang mengatakan”. Tapi pada kenyataannya, banyak petuah dan
pernyataan orang yang berada (dalam konteks intelektual) akan jauh lebih
didengar ketimbang seorang yang tak berpendidikan, sekalinyapun keduanya
mengatakan hal yang sama.
Ya, biarlah
saja. Aku hanya menuliskan ini, menuliskan apa yang aku fikirkan, dan berusaha
menyemangati diri sendiri. Menyemangtai semangat yang memburam diterpa berbagai
kesunyian, kesiaan, kemalasan dan ketidakbersyukuran.
Fokus pada
hal yang tidak disukai memang melelahkan dan memuakkan, tapi inilah jalan
hidupku. Bisa jadi aku tak menyukainya, tapi Tuhan-ku lebih mengetahui apa yang
terbaik bagi hamba-Nya. Janji Allah takkan pernah bullshit, setiap hamba-Nya
akan mendapat sesuai dengan sejauh mana usaha yang diperjuangkannya.
Farmasi,
maaf jika selama ini aku sering membuatmu jengkel karena sering meninggalkan
bahkan mengkhianatimu dengan berbagai alasan yang terang saja semakin membuatku
menderita dengan semakin menjauhimu. Ya, karena kau susah untuk ditaklukkan. Kau
susah untuk dicintai. Semakin getol aku belajar mencintai dan mencumbui
berbagai materi keilmuanmu, semakin muak dan jengah otak dan hatiku. Ya, bisa
jadi itu hanyalah alasan terhadap pembenaran diri, karena pada nyataya mungkin
aku tak benar-benar berusaha untuk jatuh cinta. Aku tak benar-benar mencurahkan
kesungguhan untuk bercanda mesra dengan farmasi.
Untuk seterusnya,
semoga Tuhan menuntun setiap keputusan dan komplikasi permasalahanku. Semoga aku
diberi kelapangan dada untuk menerima segala putusan dan jalan hidup untuk lalu
memperjuangkannya dengan kebesaran tekat dan kesungguhan usaha, karena memang
usaha takkan pernah mengkhianati hasil. Dan semester 7 ini? Ya, tak ada jawaban
lain selain berusaha keras dan tak boleh lagi lari dari farmasi. Selesaikan proposal
skripsi dengan sungguh-sungguh. Selesaikan skripsi tepat waktu, lulus tepat
waktu, wisuda akan menggembirakan. Amien. Bismillah lillahita’ala J (Ls)
Komentar
Posting Komentar