Hal yang paling egois di dunia ini rasanya adalah masalah. Ia
datang tanpa diundang namun maunya selalu disambut dan harus disegera dilayani
dengan penuntasannya, namun di sisi lain ketika satu masalah katakanlah sudah
terselesaikan, kemudian timbul masalah lain yang seolah menjadi efek samping.
Seolah menjadi serangkaian masalah yag terus saja beruntun sesuka hati datang
bak pesta yang menyenangkan menurutnya.
Keegoisan si masalah saat ini sedang menggila. Ia kali ini
tak hanya datang sendiri, ia datang membawa segerombolan kawan lainnya yang
seenaknya saja minta dilayani secara bersamaan. Mungkin benar jika Tuhan tidak
akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambaNya, yang ujian itu sering
oleh banyak manusia diartikan sebagai masalah. Namun, yang namanya manusia
seringnya terlalu mendramatisir keadaan yang sedang dihadapinya. Sebenernya bukan
masalah yang harusnya dipermasalahkan tapi diri kita sendiri yang harusnya
dipermasalahkan ketika mempermasalahkan masalah yang kadang tak seberapa
bermasalah.
Satu masalah saja bak buah simalakama. Jika ditinggalkan ia
akan menuntut. Jika dikerjakan, ia akan memuakkan. Tapi memang pada akhirnya
seberat apapun si masalah itu tetap harus dihadapi. Jangan lari, karena masalah
bak badai yang siap mengejar hingga kelubang semut sekalipun.
Masalah ibarat badai, ia tidak akan pernah benar-benar
terselesaikan hanya saja saat dihadapi ia akan mereda sementara sembari
menyiapkan kekuatan lagi untuk serangan selanjutnya.
Ya memang, hidup adalah pilihan. Setiap menusia memiliki
kehendak dan kuasa secara sadar untuk memilih jalan mana yang ia pilih untuk
menghadapi masalahnya. Ada yang menghadapi si masalah dengan gagah berani dan
keyakinan ia akan mampu menaklukannya, ada yang benar-benar bisa menaklukan,
tapi tak sedikit pula yang gagal, malah mengundang pancingan masalah lain untuk
datang.
Ada yang dengan pasrah sajalah menghadapi si masalah, ada
yang ternyata berhasil menaklukkannya ada pula yang gagal.
Ada yang berusaha lari dan mencari tempat persembunyian dari si masalah dengan harapan ia akan
terselesaikan begitu saja ketika ia keluar dari persembunyian, namun ternyata
si masalah masih tetap berjaga menunggu di gerbang persembunyian, atau bahkan
secara ajaib ternyata si masalah telah mereda sepanjang si manusia itu
meninggalkannya.
Jika demikian, mungkinkah ada banyak tipe dan klasifikasi
masalah? Ada masalah yang mau tidak mau bagaimanapun caranya harus diselesaikan
ketika itu juga. Ada juga masalah yang perlu ada jeda, menunggu perpajangan
waktu untuk sedikit meredakannya lalu dengan sedikit saja solusi akan segera
selesai dihadapi. Ada juga masalah yang tingkatannya ringan namun butuh waktu
lama untuk menyelesaikannya, tidak terlalu memusingkan tetapi memang hanya
butuh waktu lebih lama saja. Entahlah.
Semakin difikir lama-lama malah pikiranku yang jadi
bermasalah ini. Haha.
Mungkin perlu penamaan kembali terhadap perspektif yang
dipersepsikan. Jangan sebut ia si masalah yang suka cari masalah, tapi
manjakanlah ia dengan sebutan tamu istimewa yang perlu perhatian dan perlakuan
khusus. Haha. (Ls)
Komentar
Posting Komentar