LALU, MANA YANG BISA SAYA PERCAYA?

Kebenaran memang sangat bisa subjektif ya? Dan betapa hebatnya kepemimpinan gagasan dalam skrip wacana yang tertuang dalam artikel, jurnal, buku, dll. Banyak ide dan ruh dari wacana dan gagasan itu tetap melekat dalam benak pembacanya hingga meyakininya menjadi sebuah kebenaran.
Betapa dahsyatnya sebuah kepemimpinan gagasan. Dari balik layar, hanya menggunakan barisan diksi kalimat sudah mampu menggerakkan kesadaran orang banyak. Maka, tak heran jika satu topik dibahas oleh dua buku, bisa jadi dua pertentangan besar yang sangat berbalik arah. Keduanya sama-sama meyakinkan dan sama-sama menyodorkan fakta dan data relefan. Tapi mana yang bisa saya percaya?
Kekita dua tokoh besar yang saya ketahui track record-nya dari khalayak media dengan berbagaj prestasi membanggakannya, lalu suatu ketika dalam waktu yang lumayan jauh bedanya, saya membaca buku karya keduanya. Di buku pertama saya percaya dan bahkan sampai menganggapnya sebuah kebenaran (meski memang kalimatnya disengaja provokatif) tentang rencana busuk dibalik terbentuknya IMF, World Bank, perusahaan transnasional, TRIP, dll. Ketika membaca buku lainnya, mengapa kemudian IMF dan World Bank seolah seperti malaikat baik yang hendak membantu negara yang baru merdeka atau negara yang hancur pasca PD II untuk menegakkan kaki sebagai negara merdeka dan berdaulat bebas dari imperialisme dan feodalisme.
Lalu, mana yang bisa saya percaya?
Semakin jauh berkelana, semakin lama menghirup udara bumi, semakin banyak kenyataan dan pembenaran yang dihidangkan ke depan mataku. Mungkin aku dan beberapa dari kita tak pernah tahu mana sebenarnya yang pantas disebut kebenaran dan bukan pembenaran.
Semakin lincah si penguasa kepemimpinan gagasan memoles wacananya dalam bingkaian diksi menggugah, semakin buram aku membedakan mana sebenarnya yang bisa aku percaya. Karena aku dituntut untuk menetapkan pilihan. Dan tidak mungkin untuk memilih dua hal yang beraeberangan.
Lalu, mana yang bisa saya percaya?

Komentar