SEKELEBAT FIKIRAN LIAR

Susah memang jika difikir sulit. Namun tak serta merta menjadi gampang ketika difikir mudah. Tapi satu hal yg aku tahu, sesuatu yang terlihat susah bahkan mustahil tidak akan mampu kita kerjakan jika sugesti susah itu terlampau membentuk pagar mengisolasi kita dari seauatu itu.
Tapi persepsi mudah dan menyenangkan akan mempermudah kita memasuki pagar itu agar bisa merasakan sendiri seberapa susah, seberapa berat atau seberapa besar tingkat kemustahilan itu mampu kita bongkar.
Bukankah mundur sebelum mencoba sama saja kalah sebelum berperang. Bukankah akan jauh lebih membanggakan kalah setelah memutuskan perperang? Apalagi jika kita mengartikan sukses dan berhasil itu adalah kegagalan yang tertunda ataupun akumulasi proses sehingga setelah kalah tak bosan kembali ke medan perang?
Jika hidup diibaratkan seperti derap langkah kaki, mencoba/berusaha=melangkah, menyerah=mundur, bingung=berdiri, berhenti melangkah. Ketika kita dihadapkan pada permasalahan pelik, kita bisa memilih; 1) berdiri sejenak untuk melangkah. 2) berdiri lalu mundur tanpa sedikitpun menoleh. Atau 3) berdiri kemudian mundur untuk mencari jalan lain.
Hidup itu berbicara tentang akumulasi proses, akumulasi pilihan, akumulasi keberhasilan atau kegagalan yang nantinya akan membentuk karakter/pribadi/jati diri. Maka, ketika proses telah mengantarkan kita pada klimaks, apa alasan mundur akan termaafkan?
Ibarat games, untuk menuju level selanjutnya atau meningkatkan power, bukannya akan selalu ada tantangan akhir disetiap levelnya? Pilihan berdiri untuk melangkah rasanya pilihan yang tepat, tidak ada salahnya mencoba, bukan?
Setiap dari kita kadang belum tau seberapa batasan kapasitas kita, bukankah akan menjadi kesempatan luar biasa ketika kita memberi kemurahan hati pada diri sendiri untuk mencoba seberapa besar kapasitas kita? Tak perlulah mengkerdilkan kapasitas diri to?

Komentar