AIRBONE: FROM UNAIR FOR GREEN FORCE



Jika mendengar Persebaya, maka spontanitas kaum Bonek akan menyuarakan diri sebagai suporter handalnya. Begitulah yang selama ini terlihat. Loyalitas Bonek begitu kentara terlihat disetiap pertandingan dimana Persebaya tampil. Kaum Bonek inipun eksis di kampus biru kuning tercinta kita ini. Mereka menamakan dirinya dengan Airlangga Bonek atau disingkat dengan Airbone. Bahkan mereka mempunyai jargon tersendiri yaitu, “From UNAIR for green force” atau “Nekat, excellent with morality”.
Komunitas Bonek ini digagas pertama kali pada tahun 2007 oleh beberapa mahasiswa FISIP dan FEB, salah satunya adalah Bagus Tedy Prasetyo yang kini sudah lulus. Awalnya Airbone didirikan untuk mengkoordinir mahasiswa UA pencinta Persebaya dan menjadi wadah atau media untuk berkumpul. Terlebih jika hendak ada pertandingan,”Sebelum berangkat nonton biasanya kumpul di bawah bendera depan Pinlabs lama”, ujar Bayu Ganang Dwi Prasetyo, adik dari Bagus yang biasanya mengurusi perihal merchandise dan ticketing.
Di awal berdirinya, Airbone masih mengalami kendala terkait koordinasi antar fakultas. Dan baru tahun 2009 mulai dibentuk kepengurusan struktural yang jelas. Tahun ini, ketua dari Airbone adalah Nico, mahasiswa FEB jurusan Akuntansi. Hingga kini, anggota yang terdata sudah lebih dari 100 mahasiswa. Bahkan beberapa anggotanya perempuan yang biasa disebut Bonita dan ada pula yang berasal dari luar Surabaya, seperti Jombang, yang loyalitasnya tidak kalah dengan Bonek darah Surabaya.
Rabu malam merupakan malam rutinan untuk berkumpul bagi para Airbone ini. Tempat berkumpul mereka biasanya di bawah bendera depan Pinlabs lama. Saat yang paling ramai berkumpul adalah jika Persebaya hendak bertanding. Biasanya rabu malam itu digunakan untuk mendata siapa saja yang hendak berpartisipasi nonton pertandingan tersebut. Rekor terbanyak dari Airbone berkumpul untuk nonton bareng sebanyak 70 mahasiswa. Meskipun nonton bola lekat dengan image tawuran, kisruh dan lain sebagainya, tapi Airbone lebih memilih sikap tidak turut andil dalam tawuran atau kekisruhan itu.
Tak hanya sekedar berkumpul dan meramaikan stadion tatkala Persebaya bertanding, Airbone pun pernah melakukan kegiatan sosial, semisal ketika bulan ramadhan membagikan takjil. Sebagaimana tertulis di favorites akun twitter @AirlanngaBonek “Bulan Ramadhan tahun lalu kita juga sempat bagi2 takjil pada para pengendara motor & mobil di daerah Monumen Bambu Runcing #alhamdulillah” .
Airbone pernah bekerjasama dengan Bonek dari kalangan mahasiswa ITS dan UPN menggelar donor darah saat memperingati hari lahirnya Persebaya pada 18 Juni beberapa tahun yang lalu. Pernah pula para Bonita diundang oleh Hard rock FM saat memperingati hari kartini. Dan awal tahun 2013 kemarin pun sempat mengadakan welcome party di belakang perpustakaan kampus B untuk menggait mahasiswa baru.
Wadah perkumpulan para Bonek ini yang tergabung dalam Airbone, menjadi suatu komunitas yang menarik dan menyenangkan bagi para anggotanya, sebab dari komunitas inilah serasa mendapat saudara. “Seru. Dapat keluarga dan pengalaman baru. Bahkan senang sekali jika bisa ikut mendukung Persebaya sampai keluar kota. Di stadion tidak sendiri, ada yang bisa diajak bicara. Selama nontonpun ada dresscode seperti baju dan syal yang tambah merasa punya banyak saudara”, papar Bayu, mahasiswa jurusan Pariwisata FISIP, ketika ditanya kesannya selama tergabung di Airbone.
Meskipun kini tengah terjadi konflik dualisme dalam tubuh Persebaya, Airbone sendiri menyikapinya dengan positif. “Intinya kita tetap satu suara untuk mendukung Persebaya yang asli, yaitu yang lahir tahun1927. Bonek di Airbone ini tetap terkoordinir dengan baik agar tidak goyah” papar Rendy Dwi Prabowo dari FEB, wakil ketua Airbone. Lebih lanjut, Rendy memaparkan bentuk dukungan itu semisal Airbone bersama ribuan Bonek 1927 lainnya menagih janji Ibu Risma untuk menolak  Konverensi Luar Biasa PSSI yang hendak diselenggarakan di Surabaya. (Lis)







Komentar