Manusia
memang hanya bisa merencanakan, yang bahkan terkadang ‘sok’ bertindak sebagai
pengatur skenario atau penentu alur cerita. Namun, pada kenyataannya wilayah
hasil adalah hak prerogatif Allah, sebagai Sang Penentu Skenario. Tapi tak
usahlah berkecil hati ketika rencana itu tidak terwujud, karena sejatinya bisa
saja rencana itu hanya tertunda untuk diwujudkan dikemudian hari. Seperti halnya
pada hari selasa, 14 Januari 2014 kemarin. Rencana dan keinginan untuk
menjelajahi Museum Kesehatan yang kadang disebut-sebut sebagai Museum Santet,
ternyata masih harus tetap dalam ranahnya sebagai rencana dan keinginan (untuk
diwujudkan suatu hari nanti). Museum itu lelap, tak bergeming dalam tidurnya
karena pada libur hari besar ternyata tutup.
Kemudian
untuk menimpali rasa kecewa, banyak tempat diusulkan agar kebersamaan yang
dikumpulkan susah payah itu tidak sia-sia. Lalu terpilihlah House of Sampoerna.
Niat hati untuk mengobati kekecewaan (PHP), malah menambah kekecewaan. Pasalnya,
ada dua sahabat yang tak diizinkan masuk karena tidak membawa identitas
(pelajaran untuk jalan-alan selanjutnya adalah harus bawa identitas).
Tapi kekecewaan
itu tak lantas membunuh keceriaan khas kami dikalangan komunitas Sahabat ini,
karena dalam setiap kebersamaan pasti selalu ada canda, tawa dan keriangan yang
siap menghias wajah bahagia para Sahabat. Inilah wajah-wajah keceriaan kami,
dalam setiap perjalanan, yang kali ini memilih Museum Kesehatan (meski gagal
masuk) dan House of Sampoerna sebagai saksi bisu persahabatan kami.
Lalu,
kebersamaan itu kembali berlanjut meraja di malam harinya. Ketika Sahabat
Shanda Ridho mengundang kami untuk makan malam di Wapo (Warung pojok) dalam
rangka tasyakuran atas diterimanya menjadi pejabat OJK (Otoritas Jasa
Keuangan), namun disayangkan sekali dianya sendiri malah tidak ikut meramaikan
maka malam itu. Usai sudah mengisi perut dengan menu yang luar biasa banyak dan
istimewa itu, beberapa orang tersisih karena harus memenuhi kewajibannya
belajar untuk persiapan UAS dikeesikan harinya, beberaapa lagi melanjutkan
meraja di malam hari dengan cangkruan bersama. Kali ini Sahabat Shanda Ridho
sudah lebih dulu beraada di tempat. Hingga tengah malam kami berbaur dalam
percakapan demi percakapan.
“Dalam
setiap perbedaan, selalu lebih banyak hal yang menyatukan kita dibanding
memecah persahabatan kita” (Ls)
Komentar
Posting Komentar