Kasus
terpopuler yang bertahan hingga era modern adalah ritual diet untuk menghindari
kegemukan atau obesitas. Namun ternyata obesitas tak hanya dipengaruhi oleh
seberapa banyak makanan yang dikonsumsi, ada faktor lain yang turut menyumbang
besarnya angka obesitas penduduk dunia.
Dalam tiga
dekade terakhir, konsumsi minuman berpemanis telah meningkat secara dramatis di
seluruh dunia yang menjadi salah satu kekuatan mendorong epidemi obesitas. Faktor
genetik dan pola makan (minuman berpemanis) saling mempengaruhi terhadap berat
badan dan risiko obesitas.
“Konsumsi
minuman berpemanis secara teratur dapat memperkuat risiko genetik obesitas. Efek
genetik dari obesitas dapat diimbangi dengan pilihan makanan dan minuman yang
sehat,” tutur Frank Hu, seorang profesor di bidang nutrisi dan epidemiologi di
HSPH.
Selain karena jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi, perbedaan waktu saat mengkonsumsi makanan juga berperan
penting terhadap obesitas. Dari hasil penelitian, orang yang mengkonsumsi gula
dan lemak jenuh pada periode tidak aktif akan memiliki berat badan lebih tinggi
dibandingkan yang mengkonsumsi gula dan
lemak jenuh selama masa aktif, meskipun total asupan kalori mereka adalah sama.
Hal ini dikaitkan dengan rendahnya produksi panas tubuh. Panas atau temperatur
tubuh yang lebih rendah saat masa tidak aktif akan menurunkan proses
metabolisme lemak sehingga memperbanyak timbunan lemak di tubuh yang
menyebabkan kegemukan.
Fenomena menarik lainnya yang
terjadi di abad ke-21 ini adalah terjadinya desinkroni sirkadian, yaitu ketidaksesuaian
antara ritme sirkadian alami tubuh kita dan lingkungan. Ritme harian atau
sirkadian ini meliputi siklus bangun tidur dan ritme pada pelepasan hormon yang
dikontrol oleh jam molekuler yang terdapat di setiap sel pada tubuh manusia. Jam
manusia dikontrol oleh gen kita. Jam manusia ini memiliki karakteristik khusus,
yaitu berupa ritme standar yang memungkinkan jam manusia sejalan dengan siklus harian
yang dihasilkan oleh rotasi bumi.
Simetri yang indah antara jam
manusia dengan siklus harian rotasi bumi dapat terganggu oleh paparan siklus
cahaya buatan waktu makan, kerja, dan tidur yang tidak teratur. Itulah sebabnya
lampu listrik yang memungkinkan kita
untuk bekerja, beristirahat dan bermain setiap saat, malah memiliki konsekuensi
serius bagi kesehatan dan ukuran lingkar pinggang kita. Terjadilah fenomena
dimana manusia mulai mengesampingkan sinkronisasi kuno antara ritme jam manusia
dan lingkungan.
Fakta dewasa
ini, ritme harian terkait waktu makan, tidur dan kerja telah menghilang secara
bertahap dari kehidupan kita. Jam manusia terus berusaha sejalan dengan gaya
hidup kita yang sangat tidak teratur. Hal ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan metabolisme dan lainnya, dan cenderung membuat kita menjadi gemuk.
Oleh karenanya desinkroni sirkadian
merupakan hal yang tidak dapat dihindari saat ini. Namun demikian, mempertahankan
ritme sirkadian secara sehat dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu makan
secara tepat, tidak memutus siklus tidur pada malam hari, dan berusaha
beraktivitas di siang hari untuk mendapatkan lebih banyak paparan sinar
matahari. Dengan demikian akan meminimalisir faktor obesitas yang dapat membawa
dampak buruk pada kesehatan tubuh. (Ls)
Referensi :
Cathy A. Wyse. 2012. Does human evolution in
different latitudes influence susceptibility to obesity via the circadian pacemaker?BioEssays. DOI:
http://dx.doi.org/10.1002/bies.201200067
Qibin Qi, dkk. Sugar-Sweetened Beverages and
Genetic Risk of Obesity. New England Journal of Medicine, 2012; DOI: http://dx.doi.org/10.1056/NEJMoa1203039
Komentar
Posting Komentar