LAWAN TOKSISITAS DENGAN DETOKSIFIKASI




Zaman beredar mengelilingi kisah manusia, kinipun sang zaman singgah pada abad ke-21, era dimana IPTEK berkembang pesat. Banyak kemudahan yang didapat namun banyak pula dampak negatif  yang terkadang lebih besar dari manfaat yang diharap.  

·        RACUN DISEKITAR KITA

Kita sering dihadapkan dengan polutan dan toksin, yaitu zat beracun bagi tubuh manusia . Bayangkan saja, asap knalpot kendaraan bermotor, limbah industri yang mencemari air, pupuk kimia yang menodai tanah. Semuanya harus  dihadapi tiap harinya. Belum lagi zat pewarna, zat pengawet, sisa pestisida pada buah dan sayur dan zat kimia lainnya yang ditambahkan pada makanan yang kita konsumsi. Semua merupakan tantangan, bahkan ancaman bagi ketahanan tubuh manusia. Padahal toksin dan polutan sangat sulit dihancurkan tubuh, pada akhirnya tubuh mengakumulasi zat tersebut lebih cepat dari kemampuan mengeliminasinya. Reaksi lebih serius dari akumulasi jangka panjang dapat memicu pertumbuhan kanker dan penyakit jantung.
Lain lagi radikal bebas yang berkeliaran disekitar kita, yaitu molekul yang tidak memiliki pasangan elektron, dan karena dalam keadaan normal elektron hadir secara berpasangan, radikal bebas memiliki tendensi mencari pasangan elektronnya. Terkadang, radikal bebas ini mengambil elektron yang telah berpasangan, sehingga merobek membran sel dan merusak materi genetik yang pada ujungnya menimbulkan berbagai penyakit, seperti penuaan dini, penyakit jantung, artritis, kanker, katarak dsb.
Belum lagi bagi orang yang kesehariannya berurusan dengan bahan kimia, ketakutan dan ancaman toksisitas serasa 5 cm didepan mata. Seperti  :
1.      Sianida
Zat ini bisa berbentuk gas seperti hidrogen sianida atau kristal seperti potasium sianida atau sodium sianida. Jika masuk ke tubuh bisa menghambat kerja enzim tertentu, mengganggu penggunaan oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu, zat ini dapat menyebabkan kematian dalam 15 menit saja akibat kekurangan oksigen.
 Penggunaan racun sianida untuk bunuh diri digunakan tokoh kontroversial Nazi, Hitler  diduga minum kapsul sianida sebelum menembak kepalanya.
2.      Arsenik
Sangat beracun dalam bentuk ion terutama jika bereaksi dengan kandungan sulfur dari enzim tertentu . Dapat mematikan karena merusak sistem pencernaan, dalam dosis yang tidak mematikan kedepannya dapat menyebabkan keracunan kronis dan karsinogenik. Arsenik tidak berasa dan sukar  dideteksi. Senyawa ini dulu disebut ‘bubuk warisan’ karena digunakan untuk membunuh orang agar mendapat warisan dan kematiannya  dianggap wajar.
Seperti yang terjadi pada Munir dan Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis ini sebelumnya diyakini meninggal akibat kanker lambung. Tapi setelah hampir seratus tahun baru diketahui bahwa ia meninggal akibat keracunan arsenik berdasarkan analisis rambutnya yang mengandung arsenik dengan dosis diambang batas aman.
3.      Strychnine
Salah satu bentuk racun yang populer pada awal abad ke-20 yang dijadikan senjata pembunuhan di novel Agatha Christie – Misteri Affair di Styles. Strychnine dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan reaksi refleks berlebihan, bisa menyebabkan  kematian dalam waktu 10-20 menit.

4.      Radiasi nuklir
Memiliki gelombang pendek, berenergi tingi. Dengan hanya satu partikel saja sudah cukup untuk menghan-curkan atau merusak sebuah sel. 

·        DETOKSIFIKASI

“Jika tubuh kita berada dalam keadaan sehat, dengan fungsi kekebalan tubuh dan pembuangan yang baik, paparan terhadap polutan dan toksin setiap hari adalah bukan masalah,” demikian ujar Dr. Elson Haas, direktur Preventive Medical Center of Marin di San Rafael, California dan penulis buku The Detox Diet (Celestial Arts, 1996).
          Namun menjadi masalah ketika segala macam bentuk ancaman di atas berefek patologi, karena sejatinya daya imunitas tubuh tiap perorangannya berbeda. Maka diperlukanlah detoksifikasi. Tubuh secara alami membuang dan menetralisir toksin melalui proses detoksifikasi (disingkat detoks). Detoks adalah proses pengeluaran toksin dalam tubuh melalui urin, pernapasan, tinja, dan keringat dengan menggunakan empat organ utama yaitu, hati, ginjal, saluran pencernaan, dan kulit.
          Banyak cara untuk membantu detoksfikasi tubuh. Seperti banyak minum air dengan sedikit perasan lemon di pagi hari dapat membantu menghidrasi kembali sistem tubuh dan melancarkan pencernaan yang bisa membantu proses pembuangan sampah dari tubuh. Air dapat melarutkan unsur  kimia dalam darah, membersihkan darah, membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Kekurangan air akan mengakibatkan darah menjadi lengket dan kental, menyumbat dan meracuni sistem di dalam tubuh. Selain itu antioksidan yang berasal dari buah atau teh berguna memerangi radikal bebas.
          Minum susu setelah usai kontak dengan bahan kimia dapat pula menetralisir racun. Kandungan glutathion (master anti oksidan sel) dalam susu berfungsi mengatur kerja anti oksidan lainnya. Contoh, ketika vitamin C dan E mengikat radikal bebas dalam tubuh, selanjutnya diserahkan kepada glutathion untuk kemudian dibuang dalam bentuk urine. Glutathion paling banyak terdapat dalam sel-sel hati yang bertugas mendetoksifikasi zat berbahaya bagi tubuh. Racun yang masuk didalam tubuh seperti pestisida, pewarna makanan, dsb, diikat secara konjugasi atau diuraikan oleh glutathion,  kemudian dibuang melalui urine.
Nah, mengingat keseharian kita yang banyak bersentuhan dengan penyebab toksisitas tubuh, pastilah detoksifikasi ini sangat dibutuhkan. Pola hidup sehat serasa menjadi plihan yang lebih dari menjanjikan untuk seminimal mungkin mengakumulasi timbunan racun dalam tubuh, karena memelihara tubuh dari penyakit adalah salah satu bentuk syukur kita. (Ls)

                  http://kimia.unp.ac.id/
                  http://trinunggal.net/
        http://id.prmob.net/



         



              
         

Komentar