Sudah masuk hari kedua kuliah di semester 4. Menjalani jadwal
kuliah yang bolong-bolong dan ful dengan praktikum setiap hari, benar-benar
harus ekstra jaga kesehatan. Benar-benar harus mengatur jadwal ketat. Kebiasaan
tidur siang akankah terlanjutkan dengan memanfaatkan waktu bolong kuliah ?
kebiasaan tidur malam akankah terlanjutkan juga, sebagai ganti tidur yang
terdistribusi dua bagian ?
Semester ini aku sudah nekat
mengambil 24 sks dengan 8 sks praktikum yang menguras tenaga. Mau tidak mau aku
harus bekerja lebih keras, lebih rajin dari sebelumnya dengan jaminan IP harus
naik.
Mungkin omongan pepatah Mr. Bijak bahwa
tidak ada yang tidak mungkin, itu benar, bahkan sangat benar. Tapi aku ? bukan
berniat mengerdilkan kemampuanku sendiri, ibarat kata, setiap manusia itu tidak
tahu seberapa besarnya kekuatan dan kemampuanmu jika terus berusaha keras. Aku tau
banyak hal bijak itu. Susah ? hanya aku sendiri saja yang terlampau membatasi
diriku sendiri.
Seperti yang pernah dikata, sukses
itu pilihan, bagaimana kau memilih yang susah dari pada beraliansi dengan
kemalasan, yang sejatinya adalah kekuatan terbesar yang akan mengantarkan pada
penyesalan diakhir tanpa hasil yang memuaskan, dan hanya berdiri saja menjadi
penonton. Penonton bagi pemain yang lebih memilih bekerja lebih keras dari
siapapun, lebih keras dalam hal melawan aliansi kemalasan itu sendiri.
Aku percaya akan adanya bakat yang sangat berpengaruh
terhadap kesuksesan seseorang. Tapi tak haruslah menciutkan diri yang merasa
tak punya bakat. Sekali lagi, hanya aku saja yang terlalu membatasi diri. Bakat
bukan syarat utama menuju kesuksesan, bila aku
merasa tak memiliki bakat, kenapa tidak aku memilih menjadi orang rajin
yang bekerja lebih keras dari siapapun, bekerja keras melebihi si cerdas atau s
jenius. Meski hasil akhir menjadikanku sepadan atau masih tetap berada di bawah
mereka. Setidaknya aku berproses untuk melatih diriku, meyakinkan diri sendiri
bahwa aku bisa jika berusaha.
Benar memang takdir Allah berlaku,
bahkan mutlak. Tapi harus diingat, takdir itu adalah pilihan dari bagaimana
kita memilih kehidupan yang kita jalani. Memilih mundur dan jadi pecundang yang
hanya menunduk malu menyaksikan pemain sukses lainnya. Memilih jadi pekerja
keras dalam usaha mendapat yang diingin dan berakhir pada senyum puas
kemenangan. Atau bahkan tetap pada tempat, tidak maju tidak mundur, yang
akhirnya mnemui keambiguan. Dan bagiku, takdir kita adalah takdir yang
tergantung dari apa yang kita alami di masa lalu, pilihan apa yang kita pegang
teguh jalani dan proses yang seperti apa yang kita lakuan.
Setiap manusia punya jalannya
sendiri dalam berproses, berkembang menjadi apa yang tergantung dari pilihan
yang ia pilih sebelumnya. Diantara proses itu, ada tekad di pangkal dan ada
hasil diujung. Dan garis penghubung ujung pangkal itulah usaha. Bisa saja si
penghubung ini bersirkuit lurus, bercabang, zig zag, datar, menurun, menanjak
atau bahkan terputus.
Dan di semester ini, layaknya
manusia beragama dan berTuhan, aku turut memanjatkan keinginan tentang sebuah
perubahan, berproses menjadi lebih baiik, lebih produktif demi usaha
meningkatkan kualitas diri.
Aku kuliah di fakultas farmasi yang outputnya adalah dapat
menjadi perantara penyembuh, jadi tak bolehlah aku mengentengkan atas apa yang
aku pelajari. Karena kelak apa yang aku kerjakan adalah tergantung apa yang aku
lakukan kemarin dan hari ini.
Bismillah…….

live is choice. apapun pilihan hidup harus diniati dengan benar. insya allah diridloi-Nya..
BalasHapussemangat Lisa!!
yuppy''...
BalasHapusSEMANGAT ^_^
entah hidup itu pilihan atau memilih,apapun itu, kita adalah makhluq y tugas wajibnya beribadah pd Sang Kholik :D