BIOTA PENGHUNI DI ZONA KEDALAMAN LAUT








Indonesia yang luas lautnyanya lebih dari 5,6 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km disebut juga sebagai Marine Mega Biodiversity, tingkat keragaman hayati yang luar biasa baik ditinjau dari segi komersial maupun saintifiknya. Dan laut Indonesia telah lama menunggu Farmasis turut andil dalam eksporasi pemanfaatannya. Oleh karenanya, sangat menyenangkan sekali bila kita mempelajarinya mulai dari biota laut yang hidup di tiap zona kedalaman lautnya.
·        Zona Eufotik (Zona Epipelagis)
Zona dimana cahaya matahari masih terjamin untuk keberlangsungan fotosintesis, yaitu pada kedalaman 0-150 meter. Didominasi detritus feoder seperti : Porifera, Holothuroidea (teripang), Asteteroidea (bintang laut), Anthozoa (anemon laut dan terumbu karang), Annelida, Echiura, Molusca (kima) dan Crustaceae.
Salah satu manfaat seperti teripang adalah penyembuhan arthritis dan hipertensi. Bahkan teripang mengandung asam lemak essensial, kolagen dan 82% protein yang bisa meregenerasi sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga baik dalam penyembuhan deabetes melitus, seperti yang dipaparkan oleh Dr. Ir. M. Ahkam Subroto M.App. Sc., periset bioteknologi LIPI.  Penelitian lain oleh Prof. Aleli Gana dan Dr. Floriana Merca dari fakultas kimia universitas Filipina menemukan bahwa dalam konsentasi 50 mikrogram teripang mengandung lektin yang bisa menggumpalkan dan menghadang pertumbuhan sel kanker.
                                            (teripang)
Di zona inipun banyak dijumpai plankton, jelly fish, Srrow wori serta berbagai jenis alga seperti alga biru dan alga merah, misal Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiela sebagai penghasil gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini bisa dimanfaatkan sebagai laksatif, perekat dan fase padat pada elektroforesis sel.
·        Zona Disfotik (Zona Mesopelagis)
Kedalam berkisar 150-1.000 meter dan cahaya matahari mulai meredup, tak dapat menembus sempurna. Biota penghuni zona ini umumnya berwarna abu-abu keperakan (jenis ikan), ungu kelam (ubur-ubur), dan merah (Crustaceae). Bermata besar, bermulut besar dan bioluminusens(kemampuan memproduksi cahaya, biasanya dilengkapi fotosfor).
·        Zona Afotik
Di kedalam berkisar  lebih dari 1.000 meter, dimana cahaya matahari tak mampu menembus lagi. Zona ini dibagi lagi menjadi tiga :
a.     Zona Batipelagis (kedalaman 1.000-3.000 meter)
Penghuninya adalah ikan berwarna hitam kelam, invertebrata besar yang seakan tidak berpigmen (putih cerah), matanya sangat kecil bahkan tidak bermata. Umunya bermata pipa seperti ikan Argyropelecus sp atau sebelah matanya lebih besar seperti cumi-cumi Histioteuthis sp.
b.     Zona Abisial (kedalaman 3.000-6.000 meter)
Penghuninya didominasi bakteri berukuran besar dan hewan laut tak berwarna atau berwarna putih kotor.
c.      Zona Ultra Abisial / Hadal (kedalaman lebih dari 6.000 meter)
Hydrothermal vents adalah salah satu penghuni terkenal dari zona ini, hewan ini memiliki produktivitas tinggi karena aktivitas kemosintesis bakteri yang hidup bersimbiosis dengan cacing Riftia pachyptila, kemosintesisnya memanfaatkan H2S dari vents. Rumus reaksinya : CO2 + 2H2S  à (CH2O) + H2O + 2S
           
Jadi, jelaslah bahwa Indonesia dengan kekayaan lautnya yang melimpah  sangat mubadzir sekali jika tidak dimanfaatkan. Mari masuki pintu gerbang yang terbuka lebar bagi kita seorang farmasis,  untuk mengeksporasi kekayaan alam Indonesia yang kita miliki, jangan sampai “orang luar” yang justru menikmati hasil kekayaan kita. Seperti halnya Cina yang sudah lebih dulu terkenal dengan pengobatan tradisional dari biota lautnya yang dikeringkan. (Ls)

Referensi :


Komentar