“Hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu. Dan Aku telah
sempurnakan atasmu nikmatku dan Aku meridhoi Islam sebagai agama” (Q.S
Al-Maidah: 3)
Bukti dari kesempurnaan Islam adalah
ketika Islam menyoroti tentang kebersihan dan kesehatan. Ajaran mana yang
memperhatikan masalah kesehatan hingga sampai mengaitkannya dengan keimanan ?
Rasulllah bersabda, “kebersihan sebagian dari iman” (HR.Muslim), “tidak
diterima shalat seseorang diantara kamu bila berhadast sebelum dia berwudhu
lebih dahulu ” (HR. Muslim). Bahkan
dalam kitab-kitab fiqih klasik memulai fashalnya dengan bab “Thaharah”, hal ini
menunjukkan keseriusan islam dalam memperhatikan masalah kebersihan dan
kesehatan.
Kemudian timbul
pertanyaan mendasar, apakah teori berbanding lurus dengan realitas yang
dipraktekkan kaum muslim khususnya di Indonesia? WHO mengungkapkan bahwa
kondisi sebagian masyarakat Indonesia masih dikelompokkan pada masyarakat jauh
dari kata sehat. Pada tahun 2000 Human development index (HDI),
mengungkap angka yang sangat mencengangkan, Indonesia berada pada peringkat 102
dari 190 negara. Beranjak tiga tahun kemudian, peringkat Indonesia semakin
terperosok di angka 112. Penilaian tersebut berdasarkan pada pola hidup,
perilaku dan lingkungan yang tidak sehat dan ukuran penduduk dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak, adil dan merata.Hal ini menunjukkan bahwa
kemajuan pembagunan sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait masih
tertinggal jauh dari negara lain di dunia.
Kondisi kesehatan bangsa ini tak bisa dirubah hanya lewat renungan
dan rencana bagai macan di atas kertas saja. Butuh tindakan konkrit sebagai
upaya perbaikan kesehatan bangsa Indonesia. Butuh koordinasi dan partisiasi
seluruh elemen masyarakat di dalamnya. Bahkan salah satu gagasan perbaikan
kesehatan bangsa lewat Misi “Indonesia
sehat 2010” yang sempat di cetuskan oleh Menteri Kesehatan dinilai belum
sukses.
SCABIES,
PENYAKIT KULIT KHAS SANTRI
Di pesantren sendiri yang notabene adalah pusat pengajaran ilmu
agama islam, ternyata perhatian terhadap
kesehatan dan kebersihan lingkungannya masih kurang. Terbukti, penelitian yang
dilakukan oleh Ma’rufi Isa di 12 pesantren selama oktober 2003-juni 2004 di
kabupaten Lamongan 64,7 % dari populasi 59.650 santri menderita scabies (gudig,
kudis, gatal agogo). Bagi orang lulusan pesantren rasanya tak asing dengan
penyakit kulit menular ini hingga ada ungkapan “belum afdhol di sebut
santri bila belum terkena gudiken”, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, “belum
dapat barakahnya pesantren jika belum gudiken” . Faktanya, sebagian pondok
pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor,
sanitasi yang kurang memadai, lingkungan yang lembab, ditambah lagi perilaku
santri yang tidak sehat seperti menggantung baju di kamar, saling tukar
pakaian, handuk dan perlengkapan pribadi. (Admin; 2005).
MASALAH
UMUM DI PONDOK PESANTREN
·
Berkaitan dengan kesehatan lingkungan
- Sampah yang berserakan di lingkungan pesantren
- Lantai asrama jarang dipel
- Air limbah tidak mengalir kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk
- Bak mandi jarang di kuras, Saluran air mandi tersumbat oleh sampah
- Kasur tidak dijemur
·
Bekaitan
dengan masalah tingkah laku
- Piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan
- Sisa makanan yang berserakan di asrama
- Pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama
- Santri tidur dilantai, tanpa selimut dan alas tidur
- Ember, sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan
- Bantal sering dipakai bersama-sama
- Sesudah BAB tidak cuci tangan dengan sabun dan WC tidak disiram sampai
bersih
- Pakaian basah dijemur di dalam asrama.
·
Berkaitan
dengan masalah Gizi
- Mie dijadikan makanan pokok
- Santri tidak sarapan pagi
- Mengambil porsi makanan yang tidak sesuai
·
Berkaitan
dengan masalah sarana dan prasarana
- Ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni
- Kurangnya obat-obat ringan dan P3K
- Kurangnya tempat menjemur pakaian
Dari kebiasaan yang
tidak sehat tersebut bisa menimbulkan beberapa penyakit yang lazim muncul di
pondok pesantren seperti scabies (gatal-gatal, gudiken, kudis), demam, sesak
nafas, batuk pilek, diare, dll.
SAATNYA MERUBAH IMAGE
Paradigma seperti inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan
mendalam yang untuk selanjutnya melahirkan solusi tak sekedar macan di atas
kertas, menjadi PR kita bersama untuk mengubahnya. Kapan terwujud Indonesia
sehat jika kebiasaan masyarakatnya masih seperti ini ? Bagaimana disebut muslim
jika masalah kesehatan saja masih kurang diperhatikan ? padahal dalam islam
sendiri begitu ketat masalah kesehatan dan kebersihan ini, baik dalam bentuk
wudhu’, thaharah, pakaian dan tempat shalat harus suci, dll. Bukankah hal
seperti itu menandakan bahwa islam mengajarkan pentingnnya kesehatan dan
kebersihan dalam keterkaitannya dengan aktivitas keseharian kita ?
Sekian banyak solusi yag ditelurkan dari permasalahan di atas salah satunya keputusan dan ketetapan bersama Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 30 agustus 2002 dalam rangka peningkatan kesehatan pada
pondok pesantren dan institusi agama lainnya, :
1.
Pengembangan sistim pelayanan
kesehatan ponpes dan institusi keagamaan lainnya meliputi : pelayanan
kesehatan, pembiayaan dan pengelolaan kesehatan yang dilaksanakan secara
efektif dan efisien
2.
Pengangkatan tenaga kesehatan oleh
ponpes atas persetujuan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat dan
diakui sebagai pelaksana Masa Bakti
3.
Pendirian dan pengembangan klinik kesehatan/institusi
pelayanan yang sesuai dengan keadaan setempat
4.
Penyusunan pedoman-pedoman yang
diperlukan
Berangkat dari fakta dan kesadaran hendaknyalah kita mulai membenahi diri dan lingkungan
untuk menuju pesantren sehat, Indonesia sehat.
Dari sini upaya yang bisa diusahakan ponpes untuk menjadikan
lingkunganya sehat dan bersih bisa berupa, :
·
Upaya promotif
1.
Melatih santri untuk menjadi kader
kesehatan
2.
Penyuluhan kesehatan oleh petugas
kesehatan
3.
Lomba yang bersifat meningkatkan
minat terhadap kegiatan kesehatan dan kebersihan
·
Upaya preventif
1.
Imunisasi santri usia sekolah
2.
Pembersihan sarang nyamuk secara
berkala
3.
Kontroling dan pemeliharaan
lingkungan ponpes
4.
Tata ruang
Wacana dan
rencana ini tak akan terlaksana sukses bila tidak disertai oleh partisipan yang
meluas meliputi semua elemen terkait, seperti santri, pihak ponpes, masyarakat,
pemerintah dan tenaga kesehatan. Karena gembar-gembor tanpa aksi tidak akan menelurkan
hasil yang luar biasa. Sebagaimana firman Allah, bahwa Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum jika ia tidak mau merubahnya sendiri. (LsNQ)
Reference
:
Komentar
Posting Komentar