NB : artikel ini aku tulis april 2010, aku dapatkan ketika tak sengaja membongkar file'' lama....^_^
INDONESIA MUDAH DIAKULTURASI
Benarkah
Indonesia Mudah Diakulturasi?
Perdagangan bebas dunia
Internasional telah menjadi sarana pengenalan budaya antar budaya. Seperti
halnya Indonesia yang belakangan ini getol memperkenalkan budaya Indonesia
hingga ke negara Paman Sam ataupun negeri Kincir Air.
Bahkan baru – baru ini, Novika Purnamasari, salah seorang mahasiswi
diterbangkan ke London dalam rangka memperkenalkan budaya Indonesia dan yang ia
pamerkan adalah budaya adat Jember. Hal ini dapat berdampak positif bagi
Indonesia. Namun terlepas dari itu semua, ternyata budaya luar turut masuk ke
Indonesia secara bebas. Memang bagus adanya Akulturasi Budaya, akan tetapi jika
tanpa adanya filter, sedikit demi sedikit budaya asli kita akan terkikis.
Contoh nyata yang ada di sekitar
kita, gejala trend REGGAE yang telah menyebar bak virus akut secepat
kecepatan cahaya diruang hampa. Semua kalangan telah mengenaknya dari manusia
modern ataupun manusia yang sok modern, bahkan santri NQ-pun. Siapa sih yang
ga` kenal Reggae?...
Mereka telah terkontraminasi dengan
kata “Reggae” yang seolah telah menjadi Live Style dan Soul bagi
sebagian komunitas pecinta Reggae, Trend Center bagi mode zaman
sekarang.
Reggae telah merambah dunia
Fashion dan Music. Sebagai manusia memang wajar menggemari musik,
apalagi kita sebagai remaja. Akan tetapi, lain hal jika kita salah dalam
mengakulturasi budaya negara lain. Misal mengagung-agungkan lambang Reggae
(Red,Green and Yellow) yang notabene adalah daun ganja dengan
berlatar belakang negara Jamaika. Mengapa kita begitu bangga dengan budaya
negara lain? Padahal belum tentu budaya itu sesuai dengan budaya Indonesia dan
Syari`at islam yang menjadi agama mayoritas Indonesia. Atau paling parah jika
terjebak mengkonsumsi ganja akibat ikon Reggae yang menggunakan daun ganja. Na`udzubillahi
min dzalik,,,,,,,,
Kita sebagai remaja islam diharapkan dapat menjadi
kader-kader penyiar islam regenerasi dari para pejuang islam. Untuk
mempertahankan islam di tengah maraknya akulturasi budaya luar dan serangan westernisasi
memang tidak mudah, tapi kita harus berusaha agar tidak inklud pada hal
tersebut. Disebutkan dalam salah satu akhlaq berhias “setiap muslim dilarang
berhias dengan memakai simbol-simbol ataupun alat-alat yang secara khusus
digunakan kaum muslim”. Sekarang
pertanyaannya adalah “Apakah daun
ganja yang menjadi simbol Reggae itu mencerminkan pribadi islam?”.
Apakah bangsa kita tidak punya
sesuatu yang dapat dibanggakan? Ataukah kita malu menjadi warga Indonesia?.
Jika kita bertanya pada warga negara Jepang, USA, Cina dan Singapura misalnya. Kenapa mereka bangga dengan negara mereka?,
Jepang adalah negara yang bisa maju
sambil tetap mempertahankan budayanya. USA adalah negara besar yang memimpin
dunia, sambil tetap berhasil menempatkan pluralisme pada tempat tertinggi. Cina
adalah negara penduduk terbanyak, bermasalah berat sepanjang sejarah,tapi
berhasil keluar dari kemelut dan berhasil menjadi negara berwibawa dan bersaing
dengan USA.
Dan Singapura adalah negara super
kecil, tetapi secara politik dan perdagangan mempunyai arti sentral di mata
dunia, negara yang paling rapi dan menjadi contoh negara lain dalan
kebersihannya, baik secara politik maupun fisik.
Dan jika Indonesia juga ditanya hal
demikian, Apa jawabannya?.... Satu-satunya hal yang patut kita banggakan adalah
keanekaragaman adat Indonesia. Jika adat dan budaya itu tidak dijaga, lalu apa
yang pantas untuk kita banggakan?
Kita lahir di atas tanah tumpah
darah Indonesia. Kita hidup menghirup udara Indonesia. Kita berjalan di atas
tanah ibu pertiwi Indonesia. Dan akhirnyapun kita akan tertidur dalam pelukan
tanah Indonesia, daging-daging yang membusuk akan termakan cacing tanah
Indonesia.
Lalu kenapa kita tidak mencurahkan
cinta dan kebanggaan kita pada Indonesia yang telah mengizinkan kita mengadu
nasib di tanah Indonesia yang begitu ramah, tulus tanpa pamrih ?
Selama ini sebagian besar kita
kebanyakan mengutuki pejabat yang terlibat KKN, yang melakukan pelanggaran
ataupun kecurangan. Menghujat karena masih terkekang dalam arus kemiskinan. Mencerca
karena ini, itu dan bla...bla...yang oleh karena berbagai polemik tersebut
telah banyak memudarkan rasa percaya rakyat pada Indonesia, memudarkan jiwa
nasionalisme.
Sekarang pertanyaanku adalah, “jika
kau mempertanyakan kewajiban negara untuk menjamin kesejahteraanmu wahai rakyat
? di mana letak kewajibanmu sebagai warga negara, apa yang kau perbuat untuk
NKRI ini ?”, Nusantara ini rindu padamu, wahai jiwa muda, wahai jiwa
nasionalisme untuk memperbaiki negara ini. Untuk meneruskan perjuangan pahlawan
yang telah bersimbah darah merebut kemerdekaan. Kalau bukan kita siapa lagi
yang akan berjuang untuk Indonesia ini ? (LsNQ)
Komentar
Posting Komentar